Sunday, April 30, 2017

Impian Pak Arif



Saya bermimpi ada di surga dan sekelompok penghuni surga menyapa saya dan berkata, apa masih ingat mereka?

“Tentu saja,” kata saya  “kamu kan si Foxy yang sudah mati. Kalau kamu si Benji dan si Chiko, anjing-anjing saya yang masih hidup.”  

“Kalau kamu kan burung Cerukcuk yang kelabakan karena sarangmu di pohon beringin ikut tergusur ketika batang-batangnya mesti saya potong.”

“Saya pohon beringin yang dipotong batang-batangnya itu.” kata warga surga lain.

“Mengapa kau tidak berani menolak dan melindungiku, ketika dituntut tetangga di sebelah yang marah, takut daun-daunku berjatuhan menyumbat saluran air hujan di atapnya?” 

Saya juga bertemu dengan  orang-orang yang telah menipu, membohongi, membenci saya bahkan musuh terbesar yang telah membunuh saya.

Alangkah mudahnya memaafkan mereka. 

Sadar bahwa kami sebenarnya hanya pelakon, pemeran dalam sandiwara Sang Maha Dalang. Kami tak menyadari diri kami cuma sebagai pemeran di bumi, saya dan mereka tersenyum-senyum penuh pengertian.

Mereka menyapa saya tanpa merasa bermusuhan, cemburu, tanpa merasa mencintai, karena di surga tiada lagi suami – istri, ayah – ibu – anak, tiada lagi perbedaan laki - perempuan, tiada perbedaan antara manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tiada lagi ada uang, siang dan malam, ruang dan waktu.

Di mataNya, kami, semua yang hidup di bumi sama, bagai hujan dan matahari yang tak memilih kasih.. 

Dan saya pun terjaga. Alangkah leganya saya tidak terbunuh dan masih hidup.

Semenjak mimpi itu, saya menjadi lebih bertenggang rasa, menjadi lebih sayang, sopan, manis pada si Benji dan si Chiko, terhadap pohon-pohon, tanaman, rerumputan dan tukang minyak, tukang kerupuk dan pada orang-orang yang umumnya direndah-kan, tidak dipandang masyarakat. 

Betul, betapapun mudahnya hidup bagi orang yang bebas dari keinginan, seperti mereka yang ada di surga,

meski saya tergoda, diamuk segala keinginan manusiawi dengan segala suka-duka, dengan segala tawa maupun air mata,

walau saya masih tergiur, lapar akan buah-buah terlarang dan tidak bebas dari pesona, derita kehidupan.

Namun, saya tidak rela menukar hidup ini, dengan hidup damai dan abadi yang hanya dapat saya impikan di sana.  
                                                                            
Agustus, 1999 




  • This is my book:

Friday, April 28, 2017

Sengaja DibuatNya Bodoh



Syukur saya sengaja dibuatNya bodoh sehingga tak sanggup meniru, menulis seperti orang-orang pinter. Ha. Ha. Ha.

Begitu seingat saya Pak Arif berseloroh.



  • This is my book:

Thursday, April 27, 2017

On Harmony



I so enjoy the lovely chord progressions from key to key. I Just fill in a melody and      I play and play it again on the piano.




          






You can listen in
Chew Gh channel You tube