Kalau inget
orang-orang Jepang setiap tahun, sebagai rasa syukur kepada Tuhan, naik gunung
Fuji, - bahkan masih ada orang Jepang diatas 100 tahun berhasil mendaki gunung
itu, entah dalam 3 atai 4 hari - ik mempunyai rencana lain.
Waktu umur
sekitar 60 tahun ik berhasil menaklukan marathon.
Pikir-pikir,
mau menaklukkan 70 km kalau 70 tahun, 80 km kalau 80 tahun, juga sebagai rasa
syukur pada Tuhan, tapi itu bohong, sebenarnya sih, sebagai tantangan, rasa
bangga, sebagai hadiah ulang tahun istimewa kalau bisa menaklukkannya.
Eh, sampai
70 tahun, ik ganti lari 70 km karena agak berat mengingat jarak Jakarta -
Rumpin – Leuwiliang, dalam percobaan, berangkat jam 2 pagi, baru sampai jam 1
siang.
Jadi lebih baik ganti dengan naik sepeda 140 km. Berangkat jam 6 pagi, pulang jam 6 sore jarak Jakarta Leuwiliang pp sambil berpiknik di gunung.
Waktu sampai
80 tahun, jangan pikir bisa lari marathon 80 Km atau naik sepeda 160 km
sekaligus, kecuali mungkin kalau dalam 4 hari tapi engga ada orang yang mau
dampingin dan engga ada orang gantiin ik kasih makan anjing dan nyiram kebon.
Tak pernah
terpikir, terbayang, kalau ik atau orang muda yang manapun, kita semua di
kemudian hari akan seperti itu.
Sekarang
jalan dekat aja menjadi berat karena sakit ik punya kaki, atau terlalu berat
kalau naik sepeda jauh.
Pikir-pikir
mau beli sepeda dipasangin motor aja, atau sepeda roda tiga bermotor, sekaligus
bisa mengajak pacar, kalau tidak, beli golf car, cuman sayangnya tidak boleh
dipake di jalan raya, atau beli sepeda lipat, cuman berat, sulit dibawa,
nengteng, kalau dilipat.
Tapi nanti,
lihat aja, entah umur seratus tahun, kalau ik punya kaki terlalu sakit, tidak
bisa jalan jauh lagi, tidak bisa naik sepeda jauh lagi, pikir-pikir ik mau naik
kuda, maksudnya naik kursi roda.
Kalau perlu
dipasangin motor kalau mau bertamasya, berpetualang jauh.
Begitu ik e
mail sama anak-anak. Maksudnya untuk dibeliin. Ha. Ha.
- This is my book:
No comments:
Post a Comment