Saya
bermimpi ada di surga dan sekelompok penghuni surga menyapa saya dan berkata,
apa masih ingat mereka?
“Tentu
saja,” kata saya “kamu kan si Foxy yang sudah mati. Kalau kamu si Benji
dan si Chiko, anjing-anjing saya yang masih hidup.”
“Kalau kamu kan burung Cerukcuk yang kelabakan
karena sarangmu di pohon beringin ikut tergusur ketika batang-batangnya mesti
saya potong.”
“Saya
pohon beringin yang dipotong batang-batangnya itu.” kata warga surga lain.
“Mengapa
kau tidak berani menolak dan melindungiku, ketika dituntut tetangga di sebelah
yang marah, takut daun-daunku berjatuhan menyumbat saluran air hujan di
atapnya?”
Saya
juga bertemu dengan orang-orang yang
telah menipu, membohongi, membenci saya bahkan musuh terbesar yang telah
membunuh saya.
Alangkah
mudahnya memaafkan mereka.
Sadar
bahwa kami sebenarnya hanya pelakon, pemeran dalam sandiwara Sang Maha Dalang.
Kami tak menyadari diri kami cuma sebagai pemeran di bumi, saya dan mereka
tersenyum-senyum penuh pengertian.
Mereka
menyapa saya tanpa merasa bermusuhan, cemburu, tanpa merasa mencintai, karena
di surga tiada lagi suami – istri, ayah – ibu – anak, tiada lagi perbedaan laki
- perempuan, tiada perbedaan antara manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, tiada
lagi ada uang, siang dan malam, ruang dan waktu.
Di
mataNya, kami, semua yang hidup di bumi sama, bagai hujan dan matahari yang tak
memilih kasih..
Dan
saya pun terjaga. Alangkah leganya saya tidak terbunuh dan masih hidup.
Semenjak
mimpi itu, saya menjadi lebih bertenggang rasa, menjadi lebih sayang, sopan,
manis pada si Benji dan si Chiko, terhadap pohon-pohon, tanaman, rerumputan dan
tukang minyak, tukang kerupuk dan pada orang-orang yang umumnya direndah-kan,
tidak dipandang masyarakat.
Betul,
betapapun mudahnya hidup bagi orang yang bebas dari keinginan, seperti mereka
yang ada di surga,
meski
saya tergoda, diamuk segala keinginan manusiawi dengan segala suka-duka, dengan
segala tawa maupun air mata,
walau
saya masih tergiur, lapar akan buah-buah terlarang dan tidak bebas dari pesona,
derita kehidupan.
Namun,
saya tidak rela menukar hidup ini, dengan hidup damai dan abadi yang hanya
dapat saya impikan di sana.
Agustus,
1999
- This is my book:
No comments:
Post a Comment