Monday, February 6, 2017

Surat Pembaca, Suara Rakyat


Surat Pembaca adalah suara rakyat. Bagai pohon, si penulis memberikan buah-buah tulisannya tanpa pilih kasih kepada siapa saja yang suka dengan cuma-cuma, atau bagai burung yang berkicau bagi siapa saja yang mau mendengarkan. 

Selain tidak komersil, tidak dijual, Surat Pembaca ikut memngharumkan, menyemarakkan sebuah surat kabar, majalah dengan pendapat, informasi, masalah, gagasan yang perlu, pantas diketahui umum.

Ia tidak seperti pemasangan iklan yang harus dibayar, juga tidak seperti pemuatan artikel yang diberi honor, mungkin agar penulisnya tidak “menjualnya” ulang ke media massa cetak lain. 

Mengirim Surat Pembaca sepertinya memasang lotere, karena belum tentu akan dimuat redaksi. Tetapi janganlah anda kehilangan akal. Daripada orang-orang sampai “kejeblos” alias ditipu, diperas, terperosok, celaka karena Surat Pembaca tidak dimuat, sebab dikirim ke satu surat kabar saja, lebih baik dikirim ke beberapa surat kabar atau majalah sekaligus. 

 Begitu pun seandainya ada saran, gagasan, kabar yang menggembirakan. Sayang, jika sampai mubazir. Lagi pula, apa cuma pembaca dari satu surat kabar, majalah, satu kota, satu propinsi saja yang harus beruntung?

Setiap orang bebas mengemukakan pendapat, pikirannya dan setiap orang pun bebas untuk mendapatkan informasi dan mengetahuinya. 

Betapa asyiknya menulis Surat Pembaca. Betapa banyak yang bisa dipelajari. Dari belajar berpikir, bagaimana menulis atau melukis dan mewarnainya dengan kata-kata yang tepat dan indah. 

Dari redaksinya kita belajar memperbaiki bahasa kita, bagaimana menyunting dengan baik, sebagaimana merangkai bunga. 

Lalu betapa senangnya jika redaksi kadang-kadang membuatkan gambar ilustrasinya, apa lagi jika diterjemahkan dan dimuat surat kabar, majalah bahasa Inggris dan anda kebetulan menemukannya. 

Pemuatan yang disunting baik sepertinya hadiah dari “surga”. 

Dan perihal keindahan, menariknya Surat Pembaca? 

Ia berdenyut, bernapaskan jerit, tangis, keluh-kesah, derita, amarah, syukur, haru, harapan, pikiran rakyat.

Mata yang jeli pasti dapat menemukan sebuah “mutiara” walau di pojok yang tak diperhatikan orang pun. 

Nah, selesai menuliskan surat pembaca, lunaslah “hutang batin”, aku bahagia dan bisa tidur nyenyak.

Bayangkan dahsyatnya kekuatan berpikir 190 juta rakyat. Janganlah dipendam.  

Sinar Indonesia Baru, Medan, 12  Juli 1990  
Catatan:
 
Wow, kini dengan berinternet tulisan saya dan orang-orang tidak lagi terbatas pada satu surat kabar, majalah, satu kota, provinsi saja, bahkan bisa sampai ke seluruh dunia tanpa dipungut bayaran.

  • This is my book:


No comments: