Kata si
Buyung “Aku baru saja mencoba membaca kumpulan sajak-sajak di suratkabar
terkemuka. Berkali-kali aku membacanya ulang untuk menggali, menerka,
menangkap kedalaman, keindahan, makna, merasakan bobotnya, tapi tak
berhasil menemukan apa-apa, ibarat aku mencoba memahami rumus
relativitas Einstein.
“Entah akulah pembaca surat kabar berbobot
yang bodoh, tumpul, tidak bisa menikmati, menangkap keindahan, makna
sajak-sajak itu atau, … Ah, jangan menyangka yang jelek dari fihak
lain,” aku pikir.
“Apa sesuatu yang indah, berbobot mesti
dibungkus dengan kata-kata samar-samar, seperti teka teki?
Apa keindahan
itu menjadi kurang, menjadi mubazir kalau diucapkan, ditulis tanpa
gramatika yang benar, dalam bahasa sehari-hari atau cuma dimuat diatas
secarik kertas saja, bukan di buku atau surat kabar terhormat?
“Penting isinya, atau pembungkusnya?”
“Dua-duanya” si Upik nyeletuk. “Maksud Upik, tampilan, bungkusannya juga penting, meski isinya kecil, kosong. Ha, ha.”
Nopember 2008
This is my book. You can read it.
No comments:
Post a Comment