Monday, January 30, 2017

Akhir


Karena ada akhir,
hidup terasa begitu singkat, begitu manis, tak ternilai, begitu hangat, begitu dekat;

bagaikan lagu indah yang harus berakhir,

dan hari akan berakhir,
dan malam akan berakhir,
dan suka akan berakhir,
dan duka, derita akan berakhir,
dan segala permulaan akan berakhir.
Kalau tidak ada akhir,  apalah hidup kekal?

Akhir adalah setetes air mata  syukur.
1980
Catatan: Saya akan girang, berterima kasih bila anda memberi komentar anda mengenai buku 
ini.
E mail saya adalah:


  • This is my book:




Kekayaanku


Sebesar apapun nilainya, toh tak dikenakan pajak.

Tak khwatir kalau kebakaran.

Diwariskan, tidak akan menimbulkan pertentangan, perselisihan.

Boleh diambil, bisa dikasih cuma-cuma, sampai ke ujung dunia, toh tidak menjadi kurang.

Tanpa tempat penyimpanan, siapa yang mau, bisa mencuri?

Karena tulisan dalam buku inilah, harta kekayaanku
Yang ku simpan, terbitkan di internet..



  • This is my book:



Hormat


Menghormati yang lemah itulah hormat.
Menghormati yang kuat, berkuasa bukanlah hormat, melainkan takut.

  • This is my book:

 


Rasa Betah

Saya mau rumah yang mungil, kebunnya luas, tembok-nya  berwarna pastel, tempat duduk, mejanya  yang rendah,  tempat  tidur, gordennya yang   begini, dapurnya yang begitu, lampunya redup, kamar  mandi dan WC-nya ... 

Pusing, selalu ada saja seribu satu keinginan yang lain yang mau diupayakan agar rumah dibikin menjadi lebih hangat, lebih betah didiami. Begitu keluh calon pengantin.  

Ah,  lihat saja sebagaimana digambarkan  di buku-buku dengan desain interior yang hebat atau  rumah percontohan.  Tetapi  yang paling penting,  tidak bisa ia dapati  dalam buku-buku atau rumah percon-tohan itu.   

Nah,  di mana orang atau apa yang paling dicintai kita  itu berada, disitulah firdaus, tempat yang selalu  kita rindukan. Disitu pula tempat di mana kita  merasa diri kita paling betah, paling kaya, paling  bahagia  di dunia.

Kalau  pun sedang kurang uang, rumah  kayu, rumah bilik  bisa menjadi tempat yang paling betah  di- tinggali.

Sofa, bale-bale, tikar pun menjadi paling hangat ditiduri. Ruang kecil sepertinya menjadi luas, sedikit makanan saja sepertinya berlimpah dan menjadi hidangan yang paling lezat.

Coba tinggal, hidup bersama dengan seseorang yang dibenci, yang tidak kita senangi. Di  tempat enak pun, rasanya seperti neraka. Makanan lezat serasa pahit, gedung besar sepertinya sempit, makanan sebanyak apapun sepertinya sedikit, karena tiada tempat, sudut kecil, sesuap nasi pun yang direlakan, disisihkan baginya.

Maka berdoalah  agar pasangan pengantin beruntung  bisa saling  menyayangi sampai usia lanjut. Siapa,  apa yang bisa mencegah hati manusia tidak berubah?"  

*Sang Penyair berkata,
Lebih hijau daun-daun menghijau,
Lebih manis rasa manisnya buah-buah,
Lebih cerah, cemerlang suatu hari,
Kala cinta berbicara.

*Diterjemahkan bebas dari Die Jahreszeiten, Haydn.                                      


 Nopember 1997

  • This is my book: