Friday, January 27, 2017

Teganya Orang Merusak, Membakar

Tak bisa masuk di akal mengapa mereka yang dalam  sua-tu  kerusuhan melakukan  pencurian kecil-kecilan  ditangkap dan  diajukan  ke pengadilan?
Terdakwa, Faisal dan Setiawan, yang masih usia sekolah itu  dalam membela diri mungkin membatin: "Tak tega barang-barang bagus  itu dirusakin, dibakarin, saya mah, membawa pulang nyelametin, ngama­nin. Itu kan cuman coklat doang,    deodoran atau pengharum, pember­sih  badan.
Keterlaluan,  kejam banget saya itu, kalau  tahu, ba­rang-barang  engga  boleh, dilarang dibawa pulang,  saya  lalu  sengaja ngebakar atau ngerusak aja."
Terlintas bayangan rumah yang terbuat dari roti, kue, coklat, dan kembang gula dalam sebuah dongeng. Tentu tidak ada anak yang tega membakarnya. Lebih baik dimakan saja.
Andaikan rumah, gedung yang dibakar itu lantainya dilapisi  uang logam emas, pintu, jendelanya dihiasi  uang Rp 50-ribuan, dindingnya Rp 20-ribuan,  atapnya  Rp 10-ribuan,  tiang-tiangnya  terbuat dari gepokan  Rp ribuan  dan jumlah seluruhnya mencapai ratusan  juta  rupiah,  senilai gedung, rumah itu, apa orang masih tega merusak atau membakarnya? Atau lebih baik membawa uangnya pulang?
Menurut berita,  belum divonis  saja, mereka sudah “dihukum” mendekam berminggu-minggu dalam  tahanan  sementara.
"Wah,  kalau vonis mereka yang baru-baru ini diputus-kan:  dihukum dua  bulan penjara, atas pencurian seharga Rp. 7.900.-"  si  upik nyeletuk, "hitung-hitung, hukuman berapa ratus, bahkan ribu tahun harus dikenakan  pada mereka yang  mencuri,  merusak,  membakar sampai senilai ratusan juta, milyaran rupiah, bahkan  menyebabkan banyak karyawan menjadi penganggur, mencederai, memakan  korban dalam kerusuhan?
Mengapa begitu  kejam kalau ratusan bahkan ribuan  mereka   yang mempunyai ‘dosa’  yang jauh lebih berat, sebagian besar luput dari hukum?”
Sementara  para pemilik diam-diam menangisi nasib  sanak-saudara yang telah "berangkat", nasib barang-barang, motor, mobil, tempat tinggal,  toko, gedung, rumah ibadah kesayangan mereka yang  mus­nah, dibakar, dirampok. Hasil keringat mem-bangun bertahun-tahun.
Dimuat Suara Karya, 1 Pebruari 1997

This is my book. You can read it.

No comments: