Tak bisa masuk di akal mengapa mereka yang dalam sua-tu kerusuhan melakukan pencurian kecil-kecilan ditangkap dan diajukan ke pengadilan?
Terdakwa, Faisal dan Setiawan, yang masih usia sekolah itu dalam membela diri mungkin membatin: "Tak tega barang-barang bagus itu dirusakin, dibakarin, saya mah, membawa pulang nyelametin, ngamanin. Itu kan cuman coklat doang, deodoran atau pengharum, pembersih badan.
Keterlaluan, kejam banget saya itu, kalau tahu, barang-barang engga boleh, dilarang dibawa pulang, saya lalu sengaja ngebakar atau ngerusak aja."
Terlintas bayangan rumah yang terbuat dari roti, kue, coklat, dan kembang gula dalam sebuah dongeng. Tentu tidak ada anak yang tega membakarnya. Lebih baik dimakan saja.
Andaikan rumah, gedung yang dibakar itu lantainya dilapisi uang logam emas, pintu, jendelanya dihiasi uang Rp 50-ribuan, dindingnya Rp 20-ribuan, atapnya Rp 10-ribuan, tiang-tiangnya terbuat dari gepokan Rp ribuan dan jumlah seluruhnya mencapai ratusan juta rupiah, senilai gedung, rumah itu, apa orang masih tega merusak atau membakarnya? Atau lebih baik membawa uangnya pulang?
Menurut berita, belum divonis saja, mereka sudah “dihukum” mendekam berminggu-minggu dalam tahanan sementara.
"Wah, kalau vonis mereka yang baru-baru ini diputus-kan: dihukum dua bulan penjara, atas pencurian seharga Rp. 7.900.-" si upik nyeletuk, "hitung-hitung, hukuman berapa ratus, bahkan ribu tahun harus dikenakan pada mereka yang mencuri, merusak, membakar sampai senilai ratusan juta, milyaran rupiah, bahkan menyebabkan banyak karyawan menjadi penganggur, mencederai, memakan korban dalam kerusuhan?
Mengapa begitu kejam kalau ratusan bahkan ribuan mereka yang mempunyai ‘dosa’ yang jauh lebih berat, sebagian besar luput dari hukum?”
Sementara para pemilik diam-diam menangisi nasib sanak-saudara yang telah "berangkat", nasib barang-barang, motor, mobil, tempat tinggal, toko, gedung, rumah ibadah kesayangan mereka yang musnah, dibakar, dirampok. Hasil keringat mem-bangun bertahun-tahun.
Dimuat Suara Karya, 1 Pebruari 1997
This is my book. You can read it.
No comments:
Post a Comment