Judulnya:”Bacaan Waktu Santai” karena membaca di waktu sibuk menjadi tidak nikmat. Isinya, semua tulisan saya yang pernah dimuat media massa.
Di dalam prakata saya tulis bahwa buku itu dipersembahkan pada Arif yang menyemangati penulis untuk lebih mencari ilham, ketimbang mengejar uang.
“Biarin ngga sukses cari duit, tapi sukses meraih si Upi dan berkenan dihatinya,” kata Arif. Oh, Upilah ilhamnya.
Namun, uang juga amat diperlukan. Buat apa munafik. Apalagi kalau dompet sempit. Hanya orang beruang saja, merdeka menentukan apa yang ingin dibeli, direncanakannya.
Memang jauh lebih enak, lebih sejuk, meski cuma makan ikan asin, jalan kaki, tidur ditikar, ketimbang makan bistik, naik mobil, tinggal di vila, tetapi tidak merdeka dan bergantung pada orang lain. Karena merdeka menyiratkan harga diri, kedaulatan seseorang.
Lebih baik menjadi kepala ayam, ketimbang menjadi ekor kerbau, kata peribahasa.
Dalam prakata saya ungkapkan rasa syukur saya kepada surat-surat kabar itu. Sebut saja yang mana; Sinar Pagi, Jayakarta,, Berita Buana, Neraca, Merdeka, Kompas, ya, hampir semua surat kabar yang terbit di Jakarta, termasuk yang berbahasa Inggris seperti Jakarta Post. Belum lagi yang di luar Jakarta, bahkan di majalah Moesson di negeri Belanda dan majalah resmi IVBF di Swiss.
Betapa banyak yang telah diberikan mereka dengan pemuatan, penyebaran tulisan-tulisan saya secara Cuma-Cuma, kalau satu millimeter kolom, taruhlah Rp. 5.000.- dan panjang satu tulisan sekitar 250 milimeter. Dihitung, saya juga termasuk jutawan besar.
Alangkah bahagianya kalau tak disangka-sangka menerima surat pembaca yang menyambut hangat salah satu tulisan saya. Sepertinya saya menerima hadiah dari surga.
Biar, tak bisa menerima hadiah “Nobel”, tak sukses mencari uang, tapi sukses dan berkenan di hati pembaca, (meski itu Cuma satu orang). Buku ini menyajikan semua “masakan” saya. Selamat menikmati.
“Plak.” Saya tepak mata saya. “Aw.” Saya gigit lengan saya. Wow, betapa indahnya bahwa ini bukan impian semata. Terima kasih pada penerbit ini yang mewujudkannya.
Begitu saya tulis dulu, 2 Pebruari 1997.
Tidak ada penerbit yang mau menerbitkannya.
Kini, sayalah penulis, editor, penerbitnya di internet. Terima kasih banyak pada ….. diri saya.
This is my book. You can read it.
No comments:
Post a Comment