Meskipun ia cuma seorang wanita yang keliling menjual minuman jamu gendong, tanpa sandal, berpakaian sederhana, jalan kaki diterik matahari, pulang kampung ngompreng dengan lincah naik cikar, tanpa berhenti dulu, tanpa permisi dulu.
Ah, betapa manis, bagai bunga ia berdiri di atas cikar itu, tak kurang dari seorang ratu kecantikan yang bersenyum-senyum, melambaikan tangannya kanan, kiri naik Mercy.
Pak sais tak disangka-sangka ketiban rejeki. Itu dulu sekali.
Desember 1973
No comments:
Post a Comment