Monday, January 23, 2017

Kala Memasuki Zaman Teknologi Tinggi

     
“Konon  pemeo penelitian zaman industri raksasa berteknologi tinggi begini: Tia­da hari minggu.  Riset 24 jam sehari,  7 hari  seminggu!. Setiap dua tahun …”
Begitu dikabarkan sebuah koran ibu  kota terkemuka di tahun 1992 dengan bangga, keren, seakan-akan mau mengimbau bahwa ini yang perlu diwujudkan demi kemajuan. Manusia, sepertinya dididik, dipacu untuk kelak menjadi robot, alat  dengan produktivitas tinggi.
“Waduh! Jika  kesejahteraan,  kenyamanan dizaman itu  harus diperoleh  dengan kerja begitu kejam dan keras  la­yaknya  mesin saja, saya mengungsi dan sebaliknya, akan menjadikan setiap hari menjadi hari libur. Tiada hari tanpa libur. Bersantai 24 jam sehari. 7 hari libur seminggu!!!” Pak Arif berseloroh..
“Lalu tinggal dilembah indah Cinangka yang dilalui kali Pasanggrahan, macul, menanam talas, kacang tanah, nangka,  manggis,  nyawah, ngangon kerbau, belajar main kecapi dan kembali menjadi orang bodoh, ketimbang menjadi  ‘robot’ pintar  yang menghuni  rimba beton, pencakar langit beriklim teknologi tinggi.
Kalau mau juga, membuat  teknologi tinggi yang sanggup membuat  orang  cukup  bekerja sehari seminggu  untuk menghidupi keluarga bahkan masih cukup untuk berta­masya ke luar negeri.
Membuat murid, mahasiswa cukup sekolah, kuliah sehari seminggu  untuk menjadi amat pandai dan masih  bisa lulus jauh sebelum waktunya.
Lalu, teknologi yang melenyapkan kemiskinan dari muka bumi,  membuat hidup lebih baha­gia, membangun dunia yang lebih menyenangkan, lebih hijau,lebih asri.
Bukan teknologi tinggi yang membuat orang sibuk  menekan, memangsa,  membunuh sesama insan  dalam persaingan, perlombaan yang tak bisa diterima akal sehat.” Begitu katanya.            
Dimuat Jayakarta, 13 Oktober 1992

This is my book. You can read it.

No comments: